Tahukah Anda, Mengapa Wanita Perlu Rutin Lakukan Pemeriksaan Kesehatan Reproduksi?

techroki.com – Kesehatan organ reproduksi merupakan aspek penting didalam hidup wanita. Inspeksi kesehatan reproduksi penting ditunaikan secara rutin lebih-lebih mengingat sejumlah penyakit yang lebih rentan menyerang wanita.

Hal itu terutama mengingat dua jenis kanker yang mayoritas atau apalagi hanyalah menyerang perempuan, yakni kanker serviks dan kanker payudara. Tapi di masa digital ini banyak kabar salah tentang kesehatan perempuan yang diterima rakyat.

Pentingnya Wanita Melakukan Pemeriksaan Kesehatan Secara Rutin

Melaksanakan inspeksi kesehatan, baik umum maupun secara spesifik perihal kesehatan reproduksi, secara rutin akan membantu perempuan tetap sehat dan tahu lebih awal tanda dan gejala sebuah penyakit.

Banyak penyakit yang pengobatannya seringkali lebih efektif jika diketahui semenjak tahap awal. Terutama kanker serviks dan kanker payudara yang paling banyak menyerang perempuan.

LIHAT JUGA

Berdasarkan data laporan Dunia Cancer Observatory, pada 2018 terdapat lebih kurang 58.000 masalah baru kanker payudara dan 32.000 masalah baru kanker serviks di Indonesia.

Kedua jenis kanker itu sebabkan kira-kira 22.000 dan 18.000 angka kematian. Artinya tiap tiap satu jam, ada 2 – 3 perempuan yang meninggal implikasi kanker payudara atau kanker serviks.

Kedua jenis kanker ini, walaupun merupakan penyakit parah, dapat dideteksi semenjak tahap awal lewat screening yang efektif.

Inspeksi kesehatan secara rutin pada organ reproduksi itu dapat menghindar timbulnya kanker. Mari membahas lebih lanjut tentang kanker payudara dan kanker serviks.

Kanker Serviks

Serviks atau bagian leher rahim adalah bagian berasal dari organ reproduksi perempuan. Penyebab paling umum berasal dari kanker serviks adalah infeksi human papillomavirus (Hpv) risiko tinggi secara tetap menerus.

Dua model HPV yang paling banyak sebabkan kanker serviks yakni type 16 dan model 18, kedua model ini menyumbang kurang lebih 70% berasal dari keseluruhan persoalan kanker serviks.

Faktor risiko kanker serviks lainya adalah melaksanakan interaksi seksual pertama kali di usia dini, berganti-ganti pasangan, merokok, dan punya persoalan dengan kekebalan tubuh.

Pertumbuhan infeksi HPV berasal dari masa awal infeksi sampai membawa dampak kanker serviks membutuhkan waktu yang nisbi lama, yakni kira-kira 3 hingga 20 tahun sehabis seseorang pertama kali terinfeksi virus itu.

Selama periode ini, perubahan abnormal di di dalam sel-sel tubuh seseorang yang terinfeksi telah bisa dideteksi lewat screening untuk kanker serviks.

Bagaimana Cara Screening Kanker Serviks?

Screening kanker serviks harus dijalankan oleh seluruh perempuan usia 25 tahun yang udah pernah lakukan interaksi seksual. Inspeksi kesehatan ini penting dikerjakan wanita secara rutin tiap tiap 3-5 sekali, tergantung usia dan faktor risiko berkaitan.

Screening kanker serviks dapat dihentikan sesudah mencapai usia 65 tahun, jika 2 atau 3 tes paling akhir membuktikan hasil negatif. Metode screening kanker serviks meliputi uji sitologi (Pap smear), uji DNA Hpv, dan inspeksi visual leher rahim menggunakan asam asetat (Via).

Masing-Masing tes ini mempunyai daya dan keterbatasan. Didalam seluruh metode screening, dokter akan laksanakan inspeksi ginekologi dan memvisualisasikan bagian serviks menggunakan spekulum atau lebih dikenal awam dengan nama cocor bebek.

Sesudah visualisasi serviks, dokter akan menggunakan sikat atau alat pengambilan sampel lain untuk meraih selnya. Tidak perlu risi, karena mekanisme ini aman dan tidak menyakitkan.

Untuk inspeksi kesehatan serviks, biasanya Pap smear saja telah memadai untuk perempuan usia 25-29 tahun. Sesudah usia 30 tahun ke atas disarankan lakukan kombinasi tes Pap smear dan HPV DNA (Co-Testing) untuk mencapai taraf deteksi yang lebih baik.

Hasil inspeksi normal harus diulang tiap tiap 3 hingga 5 tahun sekali, tapi jika hasil perlihatkan adanya kelainan atau kasus maka dibutuhkan inspeksi lanjutan seperti biopsi dan colposcopy.

Tidak cuman laksanakan inspeksi kesehatan reproduksi wanita secara rutin, pencegahan kanker serviks juga disarankan untuk dilengkapi dengan melaksanakan vaksinasi Hpv.

Vaksin HPV ini termasuk didalam program vaksinasi untuk anak sekolah usia 10-14 tahun. Idealnya, vaksin ini diberikan sebelum dimulainya kegiatan seksual.

Perempuan yang udah pernah lakukan interaksi seksual bisa lakukan imunisasi lagi, namun harus lebih pernah laksanakan inspeksi kesehatan. Vaksin ini tidak sepenuhnya menghindar penularan infeksi Hpv, sebab itu screening serviks tetap harus dikerjakan.

Kanker Payudara

Faktor risiko kanker payudara di antaranya adalah keluarga yang miliki riwayat kanker payudara, terlambat menopause, nuliparitas atau belum pernah melahirkan untuk perempuan, merokok, dan mengkonsumsi alkohol.

Screening kanker payudara biasanya dimulai pada usia 40 tahun dan paling lambat 50 tahun. Metode umum inspeksi kanker payudara adalah dengan mamografi, yakni inspeksi menggunakan teknologi sinar-x untuk mengevaluasi payudara.

Mamografi bisa saja perlu diulang tiap-tiap 1-2 tahun. Pada perempuan dengan payudara padat, inspeksi kanker payudara dengan mamografi sulit diinterpretasikan dan terkadang memerlukan sonografi.

Semenjak usia 20 tahun, perempuan dianjurkan untuk laksanakan inspeksi payudara sendiri (Sadari) secara rutin 3 hingga 5 hari sesudah menstruasi.

Inspeksi payudara sendiri dijalankan dengan berdiri di depan cermin lalu meraba payudara untuk melacak benjolan, nyeri, atau perubahan lain.

Tiap-tiap memahami adanya perubahan atau temuan benjolan yang mengkhawatirkan, sebaiknya langsung konsultasikan ke dokter.

Pada perempuan yang mempunyai keluarga dengan riwayat kanker payudara, inspeksi genetika bisa ditunaikan untuk paham ada tidaknya mutasi gen.

Walaupun bukan alat penaksiran, inspeksi genetika bisa memperkirakan risiko yang dimiliki seseorang supaya dia dapat menaikkan kewaspadaan di dalam pencegahan.

Kesehatan pada perempuan perlu perhatian lebih terutama kewaspadaan pada kanker payudara dan kanker serviks.

Kedua jenis kanker itu merupakan kanker paling umum yang mengancam kesehatan dan paling mematikan bagi perempuan. Dua jenis kanker ini bisa dideteksi pada tahap awal sebelum berubah jadi kanker dengan inspeksi kesehatan reproduksi secara rutin.

You May Also Like

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *